Mengenai Artikel Dr. Michael Lim
Pikir dua kali sebelum menkonsumsi minuman kaleng
Senyawa kimia BPA terdapat dalam lapisan kaleng, dapat mempengaruhi kegiatan reproduksi dan hormonal di dalam tubuh.
SELAMA musim pesta berlangsung, sudah sangat lazim bagi banyak orang untuk mengambil jenis-jenis minuman kaleng favorit mereka dan menurunkan berkaleng-kaleng minuman karena inilah waktunya bebas dari aturan, dan kehati-hatian yang biasanya diterapkan kini tidak lagi dipedulikan. Banyak yang berasumsi bahwa menkonsumsi minuman kaleng yang banyak tersedia adalah aman. Meskipun demikian terdapat keraguan yang tak habis-habisnya di benak mereka yang peduli pada kesehatan mengenai manfaat dari kebiasaan ini.
Paper tahun 2015 yang dipublikasikan oleh para peneliti Korea dalam jurnal Hypertension meneliti dampak dari kebiasaan menkonsumsi minuman kaleng. Pelapis dalam kaleng memiliki lapisan resin epoksi yang salah satu komponennya adalah senyawa kimia yang dikenal dengan sebagai Bisphenol A (BPA). BPA telah digunakan sebagai agen untuk mengeraskan plastik. Selain dari pelapis kaleng, BPA juga ditemukan dalam botol plastik, wadah makanan plastik dan bahan penambal gigi. Oleh karena itu, tidak mengejutkan bahwa di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, BPA terdeteksi dalam lebih dari 95 persen populasi.
Mencemari makanan
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa BPA yang ada dalam lapisan epoksi kaleng dapat bocor dan masuk ke dalam makanan. Percobaan silang acak oleh para peneliti yang dipimpin oleh Carwile, yang dipublikasikan dalam Jurnal American Medical Association pada 2011, menunjukkan bahwa memakan sup kaleng selama lima hari berturut-turut meningkatkan kadar BPA dalam urine hingga lebih dari 1000 persen dibandingkan dengan menkonsumsi sup yang baru saja dimasak.
Laporan Badan Pengatur Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat (Food and Drug Adminstration atau FDA) tahun 2008 mengenai BPA juga menyebutkan bahwa kadar BPA 10 kali lipat lebih tinggi ketika bayi meminum susu dari botol yang disterilkan dengan cara dipanaskan dibandingkan dengan menggunakan botol susu plastik yang tidak disterilkan dengan cara dipanaskan. Karena itu, rupanya BPA dapat melarutkan pelapis plastik dengan lebih mudah ketika plastik tersebut dikenai temperatur yang lebih tinggi.
Potensi dampak negatif terhadap kesehatan
Studi epidemiologi telah melaporkan hubungan antara keterpaparan BPA dan risiko negatifnya terhadap kesehatan. BPA memiliki afinitas untuk menempel di dalam tubuh, di tempat-tempat di mana ada hormon wanita estrogen, yang mengikat agar hormon tersebut berfungsi. Dengan menempelkan dirinya di tempat-tempat di mana biasanya estrogen menempel, ia dapat mengubah atau meniru perilaku estrogen. Oleh karena itu, BPA dapat mempengaruhi kegiatan reproduksi dan hormonal di dalam tubuh.
Tempat-tempat yang mengikat estrogen dalam tubuh ini juga diperkirakan berdampak pada tekanan darah. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika studi mengenai data dari Survey Pemeriksaan Nutrisi dan Kesehatan Nasional Amerika Serikat pada 2012 yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Public Health melaporkan bahwa peningkatan konsentrasi BPA dalam urine diasosiasikan dengan tekanan darah tinggi.
Badan Pengawasan Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) melaporkan pada Draft Assessment Biphenol A (Rancangan Penilainan Biphenol A) untuk Penggunaan dalam Aplikasi yang Bersentuhan dengan Makanan, tahun 2008, dan dalam Scientific Peer-Review dari Draft Assessment of Biphenol A untuk Penggunaan dalam Aplikasi yang Bersentuhan dengan Makanan, 2008, meringkas bukti mengenai dampak BPA terhadap kesehatan. Laporan tersebut juga membuat rujukan untuk dampak hormonal BPA pada orang muda, berbagai pengaruhnya pada perkembangan otak dan perilaku serta risiko kanker, khususnya pada bayi dan orang muda. Sebagian besar data mengenai dampak BPA terhadap kesehatan berasal dari hasil penelitian pada hewan.
Tidak seperti sebagian besar studi hewan sebelumnya, studi acak pada manusia yang baru-baru ini dipublikasikan, yaitu pada 2015, oleh para peneliti asal Korea menguji apakah kenaikan kadar BPA yang disebabkan oleh konsumsi minuman kaleng berpengaruh terhadap tekanan darah. Mereka yang menkonsumsi minuman yang sama dari dua kaleng mengalami kenaikan kadar BPA dalam urine sebanyak lebih dari 1.600 persen bila dibandingkan dngan kadar BPA dalam urine ketika mereka menkonsumsi minuman yang sama dari dua botol kaca. Selain itu terjadi juga kenaikan tekanan darah atas atau sistolik sekitar 4,5 Hg. Apa yang ditunjukkan oleh studi tersebut adalah bahwa mengonsumsi minuman kaleng dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba.
Studi ini juga memperkuat kepercayaan bahwa beberapa penemuan mengenai keterpaparan BPA yang tampak pada sejumlah studi yang dilakukan pada hewan, kemungkinan juga tampak pada manusia. Pada 2010, FDA Amerika Serikat mengubah pendiriannya tentang BPA, dari negara yang pada awalnya menganggap BPA aman menjadi negara yang menyatakan "sejumlah kekhawatiran" mengenai potensi pengaruh BPA terhadap otak, perilaku, dan kelenjar prostat pada fetus dan orang muda. Studi tahun 2015 ini menambah bukti nyata yang tengah berkembang bahwa keterpaparan yang berlebihan terhadap BPA dapat membahayakan kesehatan.
Kalori dalam jumlah yang mencengangkan
Di luar BPA, minuman kaleng juga seringkali mengandung kadar gula yang tinggi. Banyak minuman buah kalengan atau kotak mengandung delapan sampai sepuluh sendok teh gula per 330 mililiter (dalam satu hidangan per kaleng) termasuk sirsak, apel, nanas, campuran buah, jambu air, water chestnut, jus kismis hitam, jeruk kalamansi. Minuman kaleng yang berisi anggur bahkan mungkin memiliki kandungan gula yang melebihi 10 sendok teh per kaleng. Minuman ringan seperti Coke dan Sprite memilik kandungan gula yang berkisar antara delapan hingga sepuluh sendok teh per kaleng. Data dari American Heart Association (Ikatan Jantung Amerika) telah menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori telah meningkat rata-rata hingga 300 kalori per hari dalam 30 tahun terakhir dan sekitar setengah dari konsumsi kalori tambahan ini berasal dari minuman berpemanis gula. Konsumsi gula yang berlebihan mengarah pada sejumlah akibat negatif termasuk obesitas dan komplikasi yang mengikutinya.
Bijaksanalah
Lain kali Anda pergi ke supermarket, lebih baik mengambil minuman dalam botol kaca daripada yang dikemas dalam kaleng atau yang disimpan dalam wadah plastik. Jika minuman favorit Anda hanya ada dalam kemasan kaleng, maka bijaklah dalam menkonsumsinya. Jangan salah kaprah dengan mempercayai bahwa meminum jus buah dalam kaleng dari merk terkenal adalah sebuah pilihan yang sehat - jus buah dengan merk terkenal seringkali memiliki kandungan kalori yang tinggi. Teliti labelnya baik-baik dan periksa kandungan gula dan kalorinya; satu sendok teh gula sama dengan 16 kalori energi. Periksa sumbernya dan tanggal produksi produk dalam kaleng yang akan Anda konsumsi. Jika minuman kaleng atau makanan kaleng tersebut sepertinya telah terpapar pada panas sebagai akibat dari lamanya transportasi melalui kontainer atau telah dipajang di atas rak dalam waktu lama setelah tanggal produksi, ada kemungkinan telah lebih banyak BPA yang menembus lapisan kaleng dan masuk ke dalam produk minuman atau makanan. Akhirnya bagi mereka yang hamil atau memiliki anak kecil, menghindari paparan BPA bukan hanya sebatas pada botol susu saja. Bagi wanita hamil, bayi dan anak kecil, hindari memberi makanan yang dikemas dalam kaleng atau wadah plastik - makanan yang dimasak dari bahan-bahan yang segar adalah pilihan terbaik bagi ibu hamil dan bayi.
Bersiap untuk memulai awal yang baik
10.01.2015
Fakta penting tentang tekanan darah tinggi
24.01.2015
07.03.2015
Kepikunan bukan gara-gara usia tua
21.03.2015
Lebih banyak tidak berarti lebih baik
04.04.2015
Berbagai pertanyaan mengenai jantung
02.05.2015
Memperoleh denyut jantung yang lebih sehat
16.05.2015
Sikap pro-aktif terhadap stroke
30.05.2015
Hasil treadmill bukan kesimpulan
13.06.2015
Dari diremehkan hingga dapat diterima
08.08.2015
Risiko serangan jantung pada kaum muda
05.09.2015
Tekanan darah rendah mungkin baik bagi Anda
19.09.2015
Kapan nyeri dada harus diwaspadai?
03.10.2015
Klik untuk membaca berikut nya